GADAIKREDITCEPAT.COM – Situs Gunung Padang di Indonesia memiliki daya tarik budaya yang luar biasa, sering dijuluki sebagai “piramida” tertua di dunia. Tapi bagaimana sebenarnya sejarah penemuan situs ini?
Penemuan Situs Gunung Padang
Pada tahun 1914, seorang peneliti asal Belanda bernama Nicolaas Johannes Krom pertama kali menemukan situs ini di kawasan Gunung Melati. Sayangnya, saat itu tidak ada penelitian lanjutan. Baru pada tahun 1979, seorang warga lokal menemukan kembali situs tersebut dan mengidentifikasinya sebagai peninggalan bersejarah. Penelitian mulai dikerjakan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional guna menggali asal-usul batuan yang disebut misterius dari Cianjur, Jawa Barat.
Setelah penelitian intensif hingga tahun 2014, pemerintah Indonesia menetapkan situs ini sebagai Cagar Budaya Nasional. Area situs Gunung Padang mencakup total 291.800 meter persegi, meski bagian kompleks utama hanya seluas 900 meter persegi. Berada di ketinggian 885 meter di atas permukaan laut, situs ini terbagi menjadi lima teras.
Benarkah Gunung Padang adalah Piramida Kuno?
Penelitian menunjukkan bahwa situs ini dilestarikan antara abad ke-4 hingga ke-16 oleh masyarakat dengan tradisi megalitik. Dalam naskah Sunda Kuno, tempat seperti ini disebut kabuyutan, kawasan suci yang memiliki nilai spiritual tinggi. Tradisi ini pun terus berkembang ke era Hindu-Buddha.
Secara umum, Gunung Padang dianggap menyerupai sebuah punden berundak besar yang sebagian besar strukturnya masih terkubur di dalam tanah. Namun, perdebatan muncul terkait wujud aslinya—apakah berupa candi atau piramida. Para peneliti dalam negeri cenderung menolak hipotesis piramida karena dianggap bukan bagian dari tradisi lokal Indonesia.
Pada 2018, ilmuwan Indonesia mengungkap bahwa lapisan batuan di Gunung Padang menjadi lebih tua semakin ke bawah. Lapisan batu pertama diperkirakan berumur sekitar 3.500 tahun, lapisan kedua 8.000 tahun, dan lapisan ketiga sekitar 9.500 hingga 28.000 tahun. Penemuan ini menjadikan situs tersebut jauh lebih tua dibandingkan Piramida Agung Giza di Mesir yang diperkirakan berusia sekitar 4.500 tahun.
Namun, penelitian mengenai situs Gunung Padang terus berkembang hingga saat ini, dan para sejarawan masih melakukan analisis mendalam untuk mengungkap misterinya.
Kondisi Terkini Situs Gunung Padang
Menurut data dari petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id, saat ini situs Gunung Padang menjadi objek wisata sejarah populer yang dikunjungi sekitar 200 hingga 300 orang setiap minggunya. Di lokasi tersebut, terdapat beberapa fasilitas wisata seperti menara pandang, kios-kios milik warga lokal, dan area parkir.
Sayangnya, situs ini mengalami kerusakan akibat faktor alam dan ulah manusia. Erosi, tumbuhan liar, genangan air, akar pohon yang merusak struktur batuan, hingga tanah longsor membuat kondisi punden memburuk. Selain itu, ganggang dan lumut juga mempercepat pelapukan bebatuan.
Kasus vandalisme pun sering ditemukan, mulai dari orang yang menduduki atau memindahkan batu, mencoretnya, hingga memukul-mukul bebatuan. Aktivitas wisata yang tidak dikelola dengan baik juga menyebabkan perubahan pada struktur asli punden berundak.
Cara Menuju Situs Gunung Padang
Untuk mencapai lokasi ini dari Jakarta, pengunjung dapat melalui Puncak Bogor atau rute alternatif Jonggol menuju Kota Cianjur. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan sejauh 45 kilometer melalui Pal Dua atau Tegal Sereh.
Jika menggunakan kereta, pengunjung bisa naik commuter line hingga Stasiun Bogor, lalu berganti dengan kereta lokal menuju Stasiun Lampegan. Dari sana, situs Gunung Padang hanya berjarak sekitar 7 kilometer lagi.
Baca Juga : Palung Mariana: Pesona Misteri di Kedalaman Bumi