Diary Mystery Mystery Kisah Penuh Misteri Tumbal Bukit Kembar: Rahasia di Balik Pembangunan Jalan di Desa Tirta Asri

Kisah Penuh Misteri Tumbal Bukit Kembar: Rahasia di Balik Pembangunan Jalan di Desa Tirta Asri

Kisah Penuh Misteri Tumbal Bukit Kembar: Rahasia di Balik Pembangunan Jalan di Desa Tirta Asri post thumbnail image

GADAIKREDITCEPAT.COM – Di balik ambisi besar untuk membangun jalan tol yang menghubungkan dua kota metropolitan, terselip sebuah kisah mistis yang membuat siapa saja merinding mendengarnya.

Cerita ini berasal dari Tirta Asri, desa kecil nan damai di kaki Bukit Kembar. Di permukaan, Desa Tirta Asri tampak tenang, namun cerita lain tersimpan di balik keheningan tempat tersebut—kisah tentang rahasia gelap yang tidak boleh sembarang diusik.

Mari telusuri lebih dalam legenda tumbal Bukit Kembar yang diangkat lewat cerita dari kanal YouTube/Kisah Mistis.

Bukit Keramat dan Larangan Tak Tertulis

Desa Tirta Asri dihuni oleh masyarakat yang hidup sederhana sebagai petani dan peternak. Meski begitu, ada satu hal yang mereka junjung tinggi, yaitu penghormatan kepada Bukit Kembar. Dua puncak ini dianggap sakral, tempat yang menjadi batas antara dunia manusia dan dunia tak kasat mata.

Sudah menjadi sumpah leluhur bahwa bukit tersebut adalah lokasi ritual selama berabad-abad, sejak zaman penjajahan. Pantang bagi warga setempat untuk menebang pohon, mendaki bukit, atau beraktivitas di sana, terutama saat malam tiba.

Proyek Jalan dan Abaikan Peringatan

Masalah penyebab kisah ini dimulai ketika pemerintah memutuskan membangun jalan tol melintasi wilayah desa, termasuk melewati Bukit Kembar. Penduduk setempat langsung merasa khawatir dan menyebut rencana ini sebagai sumber bencana besar.

Ketua desa, Pak Leman, berkali-kali menyampaikan kekhawatirannya kepada pihak proyek. Namun peringatan ini dianggap tak lebih dari mitos kuno oleh kepala proyek, Pak Suryo. Bagi Pak Suryo, semua itu hanya takhayul belaka.

Gangguan Aneh Mulai Terjadi

Sejak alat-alat berat mulai bekerja, aura desa berubah drastis. Operator buldozer bernama Budi merasakan ada sesuatu yang salah. Saat bekerja, ia merasa seolah-olah diawasi. Di malam hari, ia bermimpi didatangi seorang nenek tua dengan wajah menyeramkan, menyampaikan pesan: “Kembalikan yang bukan milikmu.”

Kerusakan mesin alat berat pun terjadi mendadak tanpa sebab jelas. Mekanik mengklaim tidak ada masalah teknis, namun tetap saja tidak ada solusi. Selain itu, sebagian pekerja mulai melaporkan bayangan misterius yang terlihat di atas bukit serta bisikan-bisikan mengganggu yang datang entah dari mana. Meski begitu, proyek tetap dilanjutkan hingga akhirnya tragedi pun terjadi.

Tumbal Pertama dan Mimpi Mengerikan

Suatu malam, seorang pekerja tewas saat alat beratnya terguling dan terkubur dalam longsoran. Wajah korban menggambarkan ketakutan luar biasa sebelum kematian. Warga desa meyakini bahwa insiden ini bukan kecelakaan biasa, melainkan peringatan keras dari “penunggu” bukit keramat.

Pak Leman semakin memohon agar proyek dihentikan. Namun Pak Suryo tetap bersikukuh melanjutkannya dan bahkan mendatangkan seorang dukun terkenal, Mbah Surti. Setelah membaca tanda-tanda di lokasi tersebut, dukun hanya berkata: “Kalian sudah membangunkan mereka. Bukit ini bukan wilayah kalian.”

Menurut Mbah Surti, satu-satunya solusi adalah dengan melakukan ritual pembersihan. Namun ritual itu membutuhkan tumbal.

Tumbal untuk Meredam Amarah

Sesuai keputusan bersama, seorang pekerja bernama Toni—yang diketahui tidak memiliki keluarga—dipilih sebagai tumbal untuk ritual tersebut. Malam itu, upacara berlangsung di bawah suasana mencekam.

Namun keesokan harinya kondisi justru semakin memburuk. Tiga pekerja ditemukan tewas dengan luka-luka aneh menyerupai cakaran serta mimik wajah penuh kengerian. Di salah satu dinding tenda basecamp proyek terlihat tulisan besar berlumuran darah yang berbunyi: “KALIAN SEMUA AKAN MEMBAYAR.”

Akhir yang memilukan.

Ketakutan menjalar tanpa henti. Para pekerja berlarian meninggalkan lokasi. Proyek terhenti seolah kehilangan nyawanya. Pak Suryo akhirnya menyerah dan berusaha kembali pada Mbah Surti untuk meminta maaf. Sayang, segalanya sudah terlambat.

Bukit Kembar telah murka, dan harga yang harus dibayar adalah nyawa demi nyawa.

Kini, jalan tol itu hanya menjadi saksi bisu dari mimpi yang tak pernah terwujud. Proyek dibiarkan tak tersentuh, dan Desa Tirta Asri kembali sunyi seperti dulu—namun sunyi yang berbeda, seolah menyimpan luka yang tak tersembuhkan.

Bukit Kembar tetap berdiri kokoh, namun kini terasa lebih mengerikan. Aura angkernya semakin kuat, seperti sedang menanti siapa lagi yang akan mencoba menantangnya.

Pelajaran yang bisa diambil? Terkadang, sesuatu yang tidak terlihat jauh lebih berkuasa daripada yang tampak di mata.

Jangan pernah meremehkan warisan leluhur, terlebih ketika berhubungan dengan tanah keramat dan janji yang telah dilanggar.

Baca Juga : Kisah Misteri Umbul Kapilaler, Tempat Bersejarah yang Kini Jadi Destinasi Wisata

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post